Logika Agama Jahiliyah Modern, Korupsinya Ada Koruptornya Tidak Ada dan Wahyu Politik Nabi Muhammad SAW. Oleh : Subairi, Pimpinan Pondok Pesantren Al-Mukhlisin DDI Paria.
Jahiliyah modern, apa sih yang dimaksud dengan jahilyah modern? Al-Quran, menyebut ada empat hal yang disebut dengan jahiliyah. Orang yang ingkar kepada tuhannya ketika menghadapi suatu godaan. Kedua, orang yang merasa paling pintar sendiri, merasa paling benar. Yang ketiga adalah memperjualbelikan hukum dan keadilan. Dan yang keempat adalah perempuan yang tidak bisa menjaga martabatnya.
Pada suatu hari Nabi Muhammad SAW, itu didatangi dua orang tokoh yahudi terkemuka di Madinah. Kedua orang tersebut berkata kepada Nabi Muhammad. “Engkau adalah al-Amin. sekarang mari kita buat perjanjian saling membantu diantara kita”. “Apa itu?” tanya Nabi Muhammad SAW.
“Begini, kamu kan setiap hari berdakwah menyebarkan Islam, agar orang masuk Islam. Ada suatu cara mudah,” kata kedua orang yahudi terkemuka tadi. “Dimana dalam waktu yang sangat cepat ribuan orang akan mengatakan masuk Islam, dan menghadap kepadamu untuk mengucapkan dua kalimat syahadat”.
Nabi masih penasaran dan bertanya lagi. “Apa itu?” Kedua yahudi pun berkata. “Semua pengikut kami yang ribuan akan saya bawa masuk Islam. Asal engkau Muhammad bisa melakukan suatu hal yang menguntungkan kami”. Nabi semakin penasaran. Lantas bertanya kembali, “apa itu?”.
Kedua orang bangsawan yahudi tadi menjelaskan bahwa mereka terlibat konflik masalah kepemilikan dengan para pengikutnya. “Masalah ini, saya minta engkau yang mengadili. Kemudian engkau katakan, bahwa kami lah berdua ini yang benar. Sesudah itu mereka pasti percaya dan mereka menerima. Pasti seluruh orang yahudi itu saya ajak masuk Islam.”
Narasi ini disebutkan di dalam Al-Quran. Ketika itu Nabi mulai berfikir, “Iya juga ya. Mengajak orang masuk Islam dari rumah ke rumah susah juga. Lebih baik ada ribuan orang sekali masuk Islam.” Tiba-tiba turunlah firman Allah SWT. “Apakah engkau dan mereka akan menggunakan hukum jahilyah?” Itu kejadiannya. Sama persis seperti jahiliyah modern yang terjadi sekarang ini.
Tawar menawar, datang ke hakim, datang ke atasan. Disuap jaksanya, dibayar polisinya. Atau malah yang datang polisinya, jaksanya, hakimnya. “Kamu mau minta putusan macam apa?” Minta itu sekian bayarannya, minta ini segini bayarannya. Kita sekarang berada pada situasi jahiliyah modern.
Dimana-mana hukum itu bisa dibeli kepada hakim, bahkan bisa dibeli kepada siapa saja. Sehingga menjadi aneh bagi kita, namun sudah biasa kita lihat. Misalnya tentang adanya korupsi di suatu tempat yang jumlahnya ratusan miliar. Korupsinya sudah ada, koruptornya tidak ketemu. Kenapa bisa terjadi demikian? Karena banyak penegakan hukum di negeri ini diselesaikan melalui lobi-lobi, melalui tekanan-tekanan, melalui saling kunci diantara satu dengan yang lain.
Kenyataan yang terjadi pada “orang kecil” ini patut dicermati. Ada seorang ibu di Medan, terpaksa dihukum 4 bulan karena dia lapar. Ia mengambil jagung yang ditanam oleh anak kandungnya. Si ibu tersebut didatangi anak kandungnya, lalu dibentak-bentak, dan dibawa ke kantor polisi. Sang ibu diproses hukum dengan cepat. Coba bayangkan, hanya empat buah jagung. Kalau orang kecil tidak ada yang membela, tetapi kalau orang besar sudah ada korupsinya tidak ada koruptornya, masih saja dibela.
Kalau kita mempunyai kesadaran cinta terhadap bangsa dan negara, cinta terhadap Indonesia, maka kita harus melawan korupsi, kolusi dan nepotisme. Karena itu yang menyebabkan ketidakadilan, dan ketidakadilan itu akan menimbulkan kehancuran pada suatu bangsa. Tidak ada sejarahnya bangsa itu bertahan kalau negaranya tidak dikelola dengan adil.
Pentingnya menegakkan keadilan di negeri ini sebenarnya patut mencontoh peran Nabi Muhammad dalam kiprah politiknya. Saat diutus pertama kali, Nabi Muhammad SAW diberi wahyu tentang aqidah, tentang tauhid, tentang Allah yang Maha Tunggal. Perintah kedua itu bukan sholat, bukan puasa, tetapi bagaimana menegakkan keadilan. Bagaimana membangun suatu sistem politik yang berkeadilan.
Adalah tidak benar ketika orang mengatakan, Nabi Muhammad SAW itu tidak membawa wahyu tentang politik. Perintah menegakkan keadilan itu adalah merupakan perintah politik. Karena keadilan itu hanya bisa ditegakkan melalui instrument-instrument politik.
Sesudah Rasulullah SAW mengajarkan Tauhid laailaha illallah, Dalam terjemahan bebas, Allah berkatakepada Nabumuhammad, “Muhammad, lawan itu Abu Jahal yang tidak adil, yang sewenang-wenang terhadap rakyat disitu. Lawanlah Abu Lahab wahai Muhammad. Bawa ummat yang lemah itu bangkit kesadarannya untuk melawan ketidakadilan”.
Penting untuk diingat baik-baik. Apa musuh kita sekarang? Musuh kita sekarang ini adalah ketidakadilan. Jangan dikira ketidakadilan itu tidak berbahaya, justru ketidakadilan lebih berbahaya dari penjajahan. Kolonialis Belanda, Jepang, berbahaya. Tetapi lebih berbahaya lagi kalau keadilan tidak tegak diantara ummat.
Ada beberapa kisah yang dialami oleh Nabi Muhammad SAW terkait dengan ini. Diantaranya adalah pada suatu hari Nabi Muhammad SAW didatangi oleh kelompok-kelompok wanita ningrat dari keluarga Bani Ma’zum melalui anak angkatnya, Zaid bin Harist. Ia mendatangi Nabi Muhammad SAW karena ada diantara keluarga Bani Ma’zum, seorang wanita terhormat, terlibat pencurian. Ya, pencurian kecil-kecilan yang membuat malu kenuarga besarnya. Kemuarga ningrat ini khawatir dan meminta kepada Nabi Muhammad, jangan sampai dihukum. Karena hukuman tersebut akan membuat malu keluarga besar Bani Ma’zum.
Dengan maksud mengambil hati Nabi Muhammad SAW, mereka menyampaikan permasalahan ini melalui anak angkat beliau. Datanglah Zaid menghadap kepada Nabi Mahammad SAW. “Ya Rasullallah, Engkau adalah seseorang yang Al-Amin (terpercaya). Apapun yang Engkau katakan, pasti orang percaya. Bahwa engkau adalah termasuk orang jujur dan lurus. Sekarang saya minta tolong, selamatkan wajah bani Ma’zum dari rasa malu kepada masyarakat. Karena ada keluarganya, seorang perempuan terhormat, terlibat pencurian. Tolong Engkau katakan bahwa ia tidak bersalah, agar mereka ini tidak malu.
Kemudian Nabi Muhammad SAW pun berkata. “Tahukah engkau. Hancurnya bangsa-bangsa dan negara sebelum kamu itu, karena kalau ada orang terhormat melakukan kesalahan dan tidak dihukum. Hanya karena lobi-lobi, hanya karena pendekatan. Tetapi kalau orang kecil bersalah, langsung dihukum. Seandainya Fatimah Binti Muhammad mencuri, pasti aku potong tangannya. Agar keadilan dan hukum itu tegak”.
Kalau hukum tidak tegak dalam suatu negara, kita hanya tinggal menunggu kehancurannya. Mari kita perangi jahiliyah modern.